Memaknai Sabar dari Kisah Sahabat Rasulullah
Bagai sebuah roda, kehidupan ini akan terus berputar. Mungkin saja saat ini kita sedang merasa di titik paling bawah. Tak ayalnya kehidupan membuat kita terus berpacu untuk merubah nasib ke titik yang lebih tinggi, atau paling tidak mengusahakan untuk tetap bertahan hidup. Itu sudah cukup. Ada saja pertanyaan yang mengusik, mempertanyakan sebuah keadilan di kala diri terus terbawa arus perputaran roda kehidupan. Barangkali diantara kita sedang lupa, bahwa dimanapun titik berada kita sekarang ini adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah. Hidup yang diaggap olehmu melelahkan begitu mengharuskan dirimu bekerja keras, boleh jadi itulah hidup yang diimpikan oleh sebagian orang yang sedang terbaring sakit ditempat tidur, tidak dapat beraktifitas layaknya kamu yang terus berjuang merubah nasibmu. Hidup yang dianggap olehmu serba kekurangan seringkali membuatmu sedih, boleh jadi itulah cara Allah menjaga kamu dari kenikmatan hidup yang melalaikan dirimu untuk mengingat Allah.
Yakinlah
kesempitan yang sedang kamu rasakan saat ini adalah bagian dari cara Allah agar
kamu tetap berada disisi-Nya, terus mensyukuri nikmat-Nya dalam keadaan lapang maupun
sempit. Mungkin di dunia ini, manusia dapat saja menilai dari keberadaan dan
latar belakang kita darimana. Namun, tidak untuk Allah yang Maha Melihat. Dengan
ilmuNya yang sungguh luas dan tidak memiliki batasan, Allah Maha Mengetahui
segala apa yang tidak terlihat oleh manusia. Allah menjadikan keimanan
seseorang sebagai dasar penilaian yang terbaik diatas segala apa yang dipunya
oleh dirinya di dunia. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda.
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah
hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)
“ Ada hati yang
seketika berubah menjadi lemah dan rapuh, karena barangkali Allah sedang menata
ulang hati kita kembali agar semakin kuat—tetap meyakini akan keberadaan Allah
yang senantiasa ada untuk membersamai kita. Sang Kuasa ingin menjadi muara
terakhirmu dari segala macam usaha yang telah kamu perbuat, karena Allah tetap menantimu
untuk selalu berdo'a dan menjadikan do'a sebagai penguat usaha yang sedang kamu
perjuangkan.“
Ada kisah dari
sahabat Rasulullah yang sangat menyentuh hati. Tidak terbayang apa jadinya jika
kita berada di posisi seorang sahabat Rasulullah ditengah penuh keterbatasan
hidup. Salah seorang dari masyarakat Yatrib (Madinah) bernama
Julaibib radhillahu ‘anhu. Julaibib sebagai sahabat Rasulullah bukanlah
termasuk orang yang disegani oleh masyarakat setempat karena melihat kondisi
Julaibib sendiri yang berasal dari kalangan orang fakir, tidak memiliki harta
yang berlimpah. Perawakannya terkesan lusuh, bertubuh pendek dengan kulit gelap.
Pernah suatu ketika ia mendapat perlakuan buruk dari orang setempat. Seperti
apa yang diucapkan oleh salah seorang pemimpin Bani Aslam, Abu Barzah “Jangan pernah biarkan Julaibib masuk diantara
kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang
mengerikan kepadanya!’ begitulah kiranya gambaran seorang Julaibb sekan ia
benar-benar terasing dan tidak diharapkan oleh penduduk setempat.
Harta dan segala kepunyaan kita di dunia ini hanyalah milik Allah. Allah
yang berhak sombong atas apa yang dimiliki oleh Nya. Tidak sepatutnya manusia
sombong akan hartanya di dunia bahkan sampai bertindak semena-mena terhadap
manusia lain, menjatuhkan orang lain yang dianggap tidak sederajad dengannya. Bukankah
Allah sebaik-baik penilai? Maka janganlah sekali-kali memandang orang dari
fisik atau kepunyaanya, barangkali dialah yang teristimewa di mata Allah. Rasulullah
pernah berwasiat agar menjauhi sikap sombong dan merendahkan orang lain. La tasubbanna
ahada (janganlah engkau menghina seorang pun), Rasulullah menjelaskan wasiatnya
yang kemudian diriwayatkan dalam sebuah hadist
Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada
saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian
dari kebajikan. Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan,
engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung
hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan
Allah tidak menyukai kesombongan. Jika ada seseorang yang menghinamu dan
mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah
engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk
biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722).
Sungguh benar perkataan Allah dan Rasuullah. Julaibib dalam kondisinya
yang serba susah dan terbaikan oleh orang setempat, nyatanya tidak demikian. Ketakwaannya
kepada Allah, membuat Julaibib memiliki tempat yang teristimewa disisi
Rasulullah. Julaibib bukanlah termasuk orang-orang yang terabaikan. Allah Maha
Mengetahui segala apa yang tersimpan dalam hati setiap hamba Nya. Kenyataannya
Julaibib adalah seorang sahabat yang pandai dalam mensyukuri nikmat Allah. Walaupun
dalam kondisi Julaibib yang tidak memiliki harta dunia, namun tidak membuat ia
jauh dari Allah bahkan tidak sama sekali menyalahkan takdir Allah yang telah
ditetapkan untuknya. Julaibib menerima kondisi kehidupannya dengan lapang dan
penuh syukur kepada Allah. Baginya yang terpenting dalam hidupnya adalah
menjadi hamba Allah yang tetap taat dengan menjalankan perintah Nya dan
menjauhi larangan Nya. Ketakwaan Julaibib semakin jelas terlihat, ketika
hidupnya didedikasikan untuk agama Allah. Julaibib tak pernah menolak ajakan
Rasulullah untuk berperang melawan kaum kafir. Julaibib selalu ikut andil menjadi
pasukan tentara Allah di medan perang. Ia tidak memedulikan kondisi apa yang
akan ia alami setelah berperang, baginya jihad adalah segalanya dan mati syahid
adalah cita-citanya.
Tiba satu waktu, Allah menguji ketakwaan Julaibib. Suatu ketika
Rasulullah mengajak Julaibib untuk berperang. Julaibib saat itu dihadapkan oleh
pilihan yang sulit. Pada waktu yang berdekatan, dirinya sudah lebih dulu
menerima kabar bahagia. Julaibib yang kala itu bersama Rasulullah menawarkan
pinangan ke sebuah keluarga. Rasulullah ingin Julaibib menikahi seorang
perempuan agar ia memiliki kehdupan yang lebih baik. Begitu senang hati
Julaibib ketika mengetahui anak perempuan dari keluarga tersebut menerima
pinangan Rasulullah untuk dirinya. Julaibib akan menikah, harapan yang
menurutnya tidak mungkin akan menjadi sebuah kenyataan.
Bertambah syukur perasaan Julaibib, ketika mengetahui calon istirnya
adalah perempuan yang sholihah dan dipilihkan langsung oleh Rasulullah. Perempuan
tersebut tidak melihat kondisi Julaibib yang tidak berada, melainkan perempuan
tersebut menerima dengan ikhlas atas apa yang telah dipilihkan oleh Rasulullah.
Perempuan sholihah yang menerima pinangan Rasulullah untuk Julaibib, merupakan
perempuan yang mengutamakan akhlak dan agama yang dimiliki oleh calon suami,
tidak sedikitpun ia mempermasalahkan kondisi Julaibib yang serba kekurangan.
Namun, takdir berkata lain. Setelah menerima kabar bahagia itu,
panggilan jihad datang menantinya. Rasulullah mengetahui kondisinya yang penuh
dilema, namun tetaplah berjihad merupakan suatu keharusan bagi kaum muslim.
Keputusan Julaibib sudah bulat, berangkatlah ia berjihad bersama dengan
sahabat-sahabat Rasulullah lainnya. Setelah beperang di medan Uhud, Rasulullah
mencari keberadaan Julaibib sahabatnya. Rasulullah selalu menanyakan keadaan
sahabat-sahabatnya setelah berperang, beliau mennanyakan siapa saja yang gugur
di jalan Allah. Kemudian para sahabatnya menyebutkan beberapa nama, namun tidak
ada nama Julaibib yang disebut. Rasulullah merasa kehilangan Julaibib lalu ia
memerintahkan para sahabat lain untuk mencari keberadaan “Sesungguhnya aku
telah kehilangan salah seorang sahabatku, Julaibib, Carilah ia!” Ternyata
sahabat Rasulullah yang begitu mulia karena kepandaiannya dalam mensyukuri
nikmat Allah, telah berpulang.
Segeralah Rasulullah datang menemui jasad Julaibib yang dipenuhi oleh luka.
Rasulullah bersabda : “Dia telah membunuh tujuh orang ini, kemudian mereka
membunuhnya. Sesugguhnya, ia adalah aku dan aku adalah dia” Rasulullah
mengucapkan kalimat terakhirnya sebanyak tiga kali dihadapan jasad Julaibib.
Rasulullah bergitu merasa kehilangan sosok sahabatnya Julaibib, Rasulullah
terus menyandarkan jasad Julaibib di lengan beliau sampai sahabatnya
dikebumikan. Tampa kraut wajah sedih Rasulullah saat melihat pusara Julaibib,
beliau mengingat sahabatnya yang begitu bahagia karena akan menikah. Tetapi
Allah menetapkan takdir yang berbeda untuk Julaibib. Dibalik kesedihan beliau,
tersimpan simpul senyum beliau yang tidak dapat disembunyikan, ketika beliau
memandang langit diatas pusara Julaibib. Turunlah para bidadari untuk menjemput
Julaibib. Kemudian Rasulullah membuang pandangan beliau ke samping, karena
beliau melihat begitu banyak bidadari yang saling berebut untuk mengenggam
tubuh sang sahabatnya, Julaibib.
Julaibib yang terkenal dengan kegigihannya dalam beperang kini telah
tiada. Tercapai sudah cita-cita Julaibib selama ini, untuk mengabadikan dirinya
pada agama Allah dan menjadikan dirinya syuhada’. Allah jadikan kehidupannya
berakhir dengan keadaan mulia dalam keadaan mati syahid. Sosok Julaibib seorang
sahabat Rasulullah inilah yang sudah sepatutnya dicontoh oleh kita sebagai
muslim. Julaibib mengajarkan kepada kita bahwa ketakwaan kepada Allah merupakan
harta yang paling berharga di sisi Allah. Allah tidak menyia-nyiakan amalan di
kehidupannya Julaibib, Allah menggantikan segala kekurangan yang dimilikinya di
dunia dengan kebahagiaan yang berkali lipat di akhirat. Karena sejatinya negeri
akhiratlah yang seharusnya dituju bagi kaum muslimin. Semoga Allah merahmati kehidupan seorang
sahabat Rasulullah, Julaibib radhiyallahu anhu.
Tentulah seseorang yang beriman semasa hidupnya, tidak akan dibiarkan
sia-sia begitu saja oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah
ayat 20-22.
ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ
وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ
٢٠ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ
فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ ٢١ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ
أَجۡرٌ عَظِيمٞ ٢٢
Artinya : 20.
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang mendapat kemenangan 21. Tuhan mereka menggembirakan
mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka
memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal 22. mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
0 $type={blogger}
Terimakasih sudah membaca, mohon beri komentar yang bijak dan sesuai dengan topik yang dibahas