Memaknai Sabar dari Kisah Sahabat Rasulullah

by - October 17, 2020

 

Bagai sebuah roda, kehidupan ini akan terus berputar. Mungkin saja saat ini kita sedang merasa di titik paling bawah. Tak ayalnya kehidupan membuat kita terus berpacu untuk merubah nasib ke titik yang lebih tinggi, atau paling tidak mengusahakan untuk tetap bertahan hidup. Itu sudah cukup.  Ada saja pertanyaan yang mengusik, mempertanyakan sebuah keadilan di kala diri terus terbawa arus perputaran roda kehidupan. Barangkali diantara kita sedang lupa, bahwa dimanapun  titik berada kita sekarang ini adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah. Hidup yang diaggap olehmu melelahkan begitu mengharuskan dirimu bekerja keras, boleh jadi itulah hidup yang diimpikan oleh sebagian orang yang sedang terbaring sakit ditempat tidur, tidak dapat beraktifitas layaknya kamu yang terus berjuang merubah nasibmu. Hidup yang dianggap olehmu serba kekurangan seringkali membuatmu sedih, boleh jadi itulah cara Allah menjaga kamu dari kenikmatan hidup yang melalaikan dirimu untuk mengingat Allah.

Yakinlah kesempitan yang sedang kamu rasakan saat ini adalah bagian dari cara Allah agar kamu tetap berada disisi-Nya, terus mensyukuri nikmat-Nya dalam keadaan lapang maupun sempit. Mungkin di dunia ini, manusia dapat saja menilai dari keberadaan dan latar belakang kita darimana. Namun, tidak untuk Allah yang Maha Melihat. Dengan ilmuNya yang sungguh luas dan tidak memiliki batasan, Allah Maha Mengetahui segala apa yang tidak terlihat oleh manusia. Allah menjadikan keimanan seseorang sebagai dasar penilaian yang terbaik diatas segala apa yang dipunya oleh dirinya di dunia. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)

“ Ada hati yang seketika berubah menjadi lemah dan rapuh, karena barangkali Allah sedang menata ulang hati kita kembali agar semakin kuat—tetap meyakini akan keberadaan Allah yang senantiasa ada untuk membersamai kita. Sang Kuasa ingin menjadi muara terakhirmu dari segala macam usaha yang telah kamu perbuat, karena Allah tetap menantimu untuk selalu berdo'a dan menjadikan do'a sebagai penguat usaha yang sedang kamu perjuangkan.“



Foto oleh Pok Rie dari Pexels


Ada kisah dari sahabat Rasulullah yang sangat menyentuh hati. Tidak terbayang apa jadinya jika kita berada di posisi seorang sahabat Rasulullah ditengah penuh keterbatasan hidup. Salah seorang dari masyarakat Yatrib (Madinah) bernama Julaibib radhillahu ‘anhu. Julaibib sebagai sahabat Rasulullah bukanlah termasuk orang yang disegani oleh masyarakat setempat karena melihat kondisi Julaibib sendiri yang berasal dari kalangan orang fakir, tidak memiliki harta yang berlimpah. Perawakannya terkesan lusuh, bertubuh pendek dengan kulit gelap. Pernah suatu ketika ia mendapat perlakuan buruk dari orang setempat. Seperti apa yang diucapkan oleh salah seorang pemimpin Bani Aslam, Abu Barzah  “Jangan pernah biarkan Julaibib masuk diantara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan kepadanya!’ begitulah kiranya gambaran seorang Julaibb sekan ia benar-benar terasing dan tidak diharapkan oleh penduduk setempat.

Harta dan segala kepunyaan kita di dunia ini hanyalah milik Allah. Allah yang berhak sombong atas apa yang dimiliki oleh Nya. Tidak sepatutnya manusia sombong akan hartanya di dunia bahkan sampai bertindak semena-mena terhadap manusia lain, menjatuhkan orang lain yang dianggap tidak sederajad dengannya. Bukankah Allah sebaik-baik penilai? Maka janganlah sekali-kali memandang orang dari fisik atau kepunyaanya, barangkali dialah yang teristimewa di mata Allah. Rasulullah pernah berwasiat agar menjauhi sikap sombong dan merendahkan orang lain. La tasubbanna ahada (janganlah engkau menghina seorang pun), Rasulullah menjelaskan wasiatnya yang kemudian diriwayatkan dalam sebuah hadist

Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan. Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan. Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722).

Sungguh benar perkataan Allah dan Rasuullah. Julaibib dalam kondisinya yang serba susah dan terbaikan oleh orang setempat, nyatanya tidak demikian. Ketakwaannya kepada Allah, membuat Julaibib memiliki tempat yang teristimewa disisi Rasulullah. Julaibib bukanlah termasuk orang-orang yang terabaikan. Allah Maha Mengetahui segala apa yang tersimpan dalam hati setiap hamba Nya. Kenyataannya Julaibib adalah seorang sahabat yang pandai dalam mensyukuri nikmat Allah. Walaupun dalam kondisi Julaibib yang tidak memiliki harta dunia, namun tidak membuat ia jauh dari Allah bahkan tidak sama sekali menyalahkan takdir Allah yang telah ditetapkan untuknya. Julaibib menerima kondisi kehidupannya dengan lapang dan penuh syukur kepada Allah. Baginya yang terpenting dalam hidupnya adalah menjadi hamba Allah yang tetap taat dengan menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Ketakwaan Julaibib semakin jelas terlihat, ketika hidupnya didedikasikan untuk agama Allah. Julaibib tak pernah menolak ajakan Rasulullah untuk berperang melawan kaum kafir. Julaibib selalu ikut andil menjadi pasukan tentara Allah di medan perang. Ia tidak memedulikan kondisi apa yang akan ia alami setelah berperang, baginya jihad adalah segalanya dan mati syahid adalah cita-citanya.

Tiba satu waktu, Allah menguji ketakwaan Julaibib. Suatu ketika Rasulullah mengajak Julaibib untuk berperang. Julaibib saat itu dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Pada waktu yang berdekatan, dirinya sudah lebih dulu menerima kabar bahagia. Julaibib yang kala itu bersama Rasulullah menawarkan pinangan ke sebuah keluarga. Rasulullah ingin Julaibib menikahi seorang perempuan agar ia memiliki kehdupan yang lebih baik. Begitu senang hati Julaibib ketika mengetahui anak perempuan dari keluarga tersebut menerima pinangan Rasulullah untuk dirinya. Julaibib akan menikah, harapan yang menurutnya tidak mungkin akan menjadi sebuah kenyataan.

Bertambah syukur perasaan Julaibib, ketika mengetahui calon istirnya adalah perempuan yang sholihah dan dipilihkan langsung oleh Rasulullah. Perempuan tersebut tidak melihat kondisi Julaibib yang tidak berada, melainkan perempuan tersebut menerima dengan ikhlas atas apa yang telah dipilihkan oleh Rasulullah. Perempuan sholihah yang menerima pinangan Rasulullah untuk Julaibib, merupakan perempuan yang mengutamakan akhlak dan agama yang dimiliki oleh calon suami, tidak sedikitpun ia mempermasalahkan kondisi Julaibib yang serba kekurangan.

Namun, takdir berkata lain. Setelah menerima kabar bahagia itu, panggilan jihad datang menantinya. Rasulullah mengetahui kondisinya yang penuh dilema, namun tetaplah berjihad merupakan suatu keharusan bagi kaum muslim. Keputusan Julaibib sudah bulat, berangkatlah ia berjihad bersama dengan sahabat-sahabat Rasulullah lainnya. Setelah beperang di medan Uhud, Rasulullah mencari keberadaan Julaibib sahabatnya. Rasulullah selalu menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya setelah berperang, beliau mennanyakan siapa saja yang gugur di jalan Allah. Kemudian para sahabatnya menyebutkan beberapa nama, namun tidak ada nama Julaibib yang disebut. Rasulullah merasa kehilangan Julaibib lalu ia memerintahkan para sahabat lain untuk mencari keberadaan “Sesungguhnya aku telah kehilangan salah seorang sahabatku, Julaibib, Carilah ia!” Ternyata sahabat Rasulullah yang begitu mulia karena kepandaiannya dalam mensyukuri nikmat Allah, telah berpulang.

Segeralah Rasulullah datang menemui jasad Julaibib yang dipenuhi oleh luka. Rasulullah bersabda : “Dia telah membunuh tujuh orang ini, kemudian mereka membunuhnya. Sesugguhnya, ia adalah aku dan aku adalah dia” Rasulullah mengucapkan kalimat terakhirnya sebanyak tiga kali dihadapan jasad Julaibib. Rasulullah bergitu merasa kehilangan sosok sahabatnya Julaibib, Rasulullah terus menyandarkan jasad Julaibib di lengan beliau sampai sahabatnya dikebumikan. Tampa kraut wajah sedih Rasulullah saat melihat pusara Julaibib, beliau mengingat sahabatnya yang begitu bahagia karena akan menikah. Tetapi Allah menetapkan takdir yang berbeda untuk Julaibib. Dibalik kesedihan beliau, tersimpan simpul senyum beliau yang tidak dapat disembunyikan, ketika beliau memandang langit diatas pusara Julaibib. Turunlah para bidadari untuk menjemput Julaibib. Kemudian Rasulullah membuang pandangan beliau ke samping, karena beliau melihat begitu banyak bidadari yang saling berebut untuk mengenggam tubuh sang sahabatnya, Julaibib.

Julaibib yang terkenal dengan kegigihannya dalam beperang kini telah tiada. Tercapai sudah cita-cita Julaibib selama ini, untuk mengabadikan dirinya pada agama Allah dan menjadikan dirinya syuhada’. Allah jadikan kehidupannya berakhir dengan keadaan mulia dalam keadaan mati syahid. Sosok Julaibib seorang sahabat Rasulullah inilah yang sudah sepatutnya dicontoh oleh kita sebagai muslim. Julaibib mengajarkan kepada kita bahwa ketakwaan kepada Allah merupakan harta yang paling berharga di sisi Allah. Allah tidak menyia-nyiakan amalan di kehidupannya Julaibib, Allah menggantikan segala kekurangan yang dimilikinya di dunia dengan kebahagiaan yang berkali lipat di akhirat. Karena sejatinya negeri akhiratlah yang seharusnya dituju bagi kaum muslimin.  Semoga Allah merahmati kehidupan seorang sahabat Rasulullah, Julaibib radhiyallahu anhu.  

Tentulah seseorang yang beriman semasa hidupnya, tidak akan dibiarkan sia-sia begitu saja oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat At Taubah ayat 20-22.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٢٠ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ ٢١ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ٢٢

Artinya : 20. orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan 21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal 22. mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

 

 

 

Referensi :

Julaibib Radhiyallahu anhu (Ia Lebih Memilih Berjihad dan Merindukan Syahid) 

Jangan Menghina dan Meremehkan Orang Lain




 

 

You May Also Like

0 $type={blogger}


Terimakasih sudah membaca, mohon beri komentar yang bijak dan sesuai dengan topik yang dibahas