Meneledani Akhlak Rasulullah : Meminta Maaf dan Memaafkan



Bismillahirrahmanirrahim..


Kehidupan di dunia bagi seorang muslim merupakan perjalanan ibadah untuk mendapatkan ridho dari Allah. Sungguh pengertian kehidupan di dunia yang saya tulis merupakan perkataan Allah dalam firmanNya di Al- Qur’an, dan inilah yang harus kita sadarkan pada diri ini masing-masing, bahwa kehidupan di dunia ini memang hanyalah untuk beribadah kepada Allah.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku

Makna Ibadah secara komprehensif oleh Syeikh Al Islam Ibnu Taimiyah, beliau menyebutkan bahwa ibadah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan yang diridhaiNya berupa perkataan atau perbuatan baik yang berupa amalan batin ataupun dhahir (nyata).

Jadi, bisa dikatakan bahwa makna ibadah tidak hanya berkaitan tentang shalat fardhu sebagaimana perintah Allah yang diwajibkan bagi setiap muslim, namun beribadah merupakan hal-hal yang dicintai oleh Allah. 

Tidak berhenti untuk mengingatkan dalam beribadah, Allah juga memberikan petunjuk bagi kaum muslim untuk mengetahui apa yang dicintai oleh-Nya, berikut dalam surat Al Imran ayat 31-32 :
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١
31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٢
32. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"

Mengutip dari Tafsir al-Muyassar, sebuah karya tafsir sekumpulan ulama di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih Alu Syaikh (Menteri Urusan Islam, Dakwah, dan Penyuluhan Saudi Arabia, diangkat pada tahun 1420 H). Ayat tersebut mengandung arti bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan kepada setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah dengan sebenar-benarnya agar mengikutinya dan beriman kepadanya.

Maka, sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita mengamalkan ajaran Nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam kehidupan sehari-haripun, kita sehrusnya juga dapat menyandarkan akhlak kita pada tuntunan akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam meningatkan Al Insaan makaanul khata wan nisyan. Dalam hadist lain diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darini dan Ahmad dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda bahwasannya, “Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat.”

Mari sejenak kita mengambil keteladanan Rasulullah dalam akhlak memaafkan. 

Salah satunya pada peristiwa meninggalnya paman Rasulullah, sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib. Hamzah meninggal tertombak dalam perang Uhud oleh Wahasyi. Tak hanya itu, perut sayyidina Hamzah dirobek dan jantungnya dikunyah oleh Hindun binti Utbah. Rasulullah  tetap menjunjung sabar. Rasulullah memilih untuk sabar dan mengalahkan rasa amarahnya. Beliau memilih memaafkan. Tiba pada peristiwa Fathu Mekkah, Wahsyi dan Hindun datang meminta maaf  kepada Rasulullah, kedua tokoh itupun akhirnya memeluk Islam.

Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari sahabat Uqbah bin Amir “Wahai Uqbah, bagaimana jika aku beritahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi kepada orang tidak memberimu, dan maafkanlah orang yang telah mendzalimmu”.

Lalu, akhlak mulia Rasulullah masih tetap terlihat di penghujung akhir hayatnya. Ketika Jibril menyampaikan wahyu surat An Nashr sebagai pertanda bahwa Rasulullah akan berpisah dengan dunia dalam waktu yang tidak lama setelah surat tersebut diturunkan, Rasulullah lantas memerintahkan Bilal agar memanggil orang-orang untuk berkumpul ke Masjid. Kemudian Rasulullah maju ke mimbar, beliau memuji Allah kemudian menyampaikan beberapa khotbah. Dan dari pesan yang dibawakan Rasulullah di penghujung usianya, ada pesan yang seharusnya bisa dijadikan perenungan bagi kita. Ketika Rasulullah menanyakan atas kesalahan beliau selama hidupnya kepada para keluaga, sahabat dan orang-orang yang berkumpul di Masjid. 

Masya Allah, Rasulullah yang sudah dijaminkan oleh Allah terbebas dari dosa saja, masih sempat memikirkan dosa kesalahannya kepada orang lain. Bagaimana dengan kita, teman? Tak satupun ada jaminan yang membuat kita terbebas dari dosa, masih saja diri ini lupa menanyakan kesalahan kita pada orang lain.

Dan dari sini penulis sadar dan belajar, tak sepenuhnya kita manusia ada pada posisi yang benar. Hati sering sekali mengikuti alai-belai syaithan, menuruti amarah jika dihadapkan sesuatu yang tak sesuai dengan harapan. Hidup di dunia yang penuh dengan pembelaan akan kebenaran, seakan larut membuat kita lena akan ketidaksempurnaan, bahwa manusia merupakan tempatmya salah dan lupa. Tersadar kitalah yang mengawali kerasnya hati, memutus tali sillaturahim, mengabaikan kebaikan manusia yang telah lalu, kemudian lalai dalam pengakuan maaf. Sejatinya diri juga tempat salah dan lupa, lalu..mengapa tak berdamai dengan sesuatu yang sejatinya berpotensi akan terjadi pada diri kita sendiri? Kembali, dan belajarlah untuk mengucap maaf dan memaafkan. 


Sumber inpirasi tulisan :
Sumber tafsir :



No comments:

Powered by Blogger.