Usia Hampir Seperempat Abad
by
Syifa/Filan
- December 11, 2019
Perkataan yang telah
terucap tidak dapat ditarik kembali seperti semula menjadi hening dan bisu.
Langkah kakipun juga mengikuti, tak bisa mundur di jejak yang persis sama. Waktu yang semakin cepat berlalu, tanpa terasa aku dibawanya pada satu
titik- ya bulat, lama-lama menghitam, seperti mengumpul ramai.
Sekarang
jika aku mau lihat seksama, langkahku masih jauh dari puncak yang dikata orang.
Ah lagi-lagi kata orang. Bukankah menyenangkan, bermain dengan langkah sendiri
menentukan puncak sendiri yang benar-benar menjadi tujuannya, bukan tujuan yang
dibentuk dari kata orang?
Ingin sekali
rasanya menghempaskan tubuh di tanah lapang yang penuh dengan tumpukan dedaunan
lebat, mengambil nafas dalam, lalu mengeluarkan suara huruf vokal pertama dalam
alfabet.. Aaaaa! Begitulah kiranya, caraku menyederhanakan
kebahagiaan, beda tipis-seperti ingin beranjak dari kepenatan.
Aku terbangun,
di jam tengah malam lewat enam puluh menit. Sudah berganti hari ternyata, aku
melihat dengan seksama ucapan yang tersampaikan untuk diriku, Happy
birthday! Singkat hanya terdiri dari dua kata tepat tertulis di kolom
tanggal hari ini di kalender digital hape aku. Hari ini aku ulang tahun, usiaku
sudah menginjak hampir seperempat abad.
Ya
Allah sungguh benar-benar hamba meminta ampunan, hamba sering sekali menjauh
dari Engkau, tenggelam akan kenikmatan waktu luang kenikmatan sehat kenikmatan
duniawi yang tentunya hanya bersifat sementara. Dan payahnya dalam
sunyi aku menangisi diriku yang tak kunjung menangis, benar-benar ingin
menangis tetapi tak satupun air mata ku hasilkan. La haula wala quwwata
illa billah..harapan terbesarku adalah aku ingin bisa menjadi hamba
Allah yang terus mengingatNya.
Wahai hati,
begitu lemah diri ini dalam perkara hidup. Sedikit saja, Allah kasih ujian
lewat tugas dunia, aku sudah berpaling. Sebenarnya aku tahu, jika mengambil
tugas dunia ini, aku akan terbagi fokus. Di satu sisi ingin rasanya untuk
menyelesaikan tugas, tidak membuat kecewa orang yang memberiku tugas tetapi di
satu sisi, suara hatiku mengerang perlahan-lahan “hei kamu milik siapa?”
tersadar bahwa aku telah menduakan Allah selama ini.
Satu tugas
yang belum terselesaikan, mungkin akan diberikan lagi ke kita sewaktu-waktu.
Mungkin pembelajaran tentang penerimaanku belum tuntas, ataukah tugas
ketauhidanku belum tuntas, sehingga Allah terus saja menguji aku pada satu
konteks tugas yang sama. Tetapi aku berpikir lagi, setuntas-tuntasnya diri
mengerjakan tugas pastilah ada celah yang tak sempurna, maka memang benar jika
kita sebagai hambaNya akan selalu terus belajar memperbaiki diri.
Baiklah
diri, kamu sudah bersusah payah untuk melalui setiap jenjang kehidupan,
walaupun belum sampai pada puncak (tentu puncak yang ku maksud, adalah buatan
diriku, bukan orang lain). Aku bahagia menjadi diriku yang masih tetap mau
bertahan dan membenahi dirimu. Terimakasih ya, sudah menjadi rekan yang hebat
dalam menelusuri kehidupan hampir seperempat abad ini.
Selamat
ulang tahun, semoga apa yang kamu impikan tercapai
Aamiin...
Tertanda,
Sumber foto : https://steemit.com/poetry/@amryksr/ibu-maafkanlah-anakmu-61e6a515d1c63