Memulai Ikhtiar Baru
Sudah berapa kali aku berada di titik ini. Entah
dimana pintu yang akan terbuka untuk menyambutku tersenyum kembali. Namun aku
yakin, selama aku mengenggam keyakinan pada Sang Maha Esa, aku tidak akan
dibiarkan begitu saja.
Sembilu
kembali membuka ruang luka. Aku semakin mengiyakan adanya hukum kekekalan
energi, energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, pada gilirannya ia akan
berubah. Aku tidak dapat memaksakan bahwa aku harus bahagia saat ini, nyatanya
masih ada emosi lain yang membuat diriku tidak nyaman. Malam ini aku dikagetkan
oleh sebuah kabar, sebenarnya aku sudah tahu jawabannya. Namun, mengapa, ketika
kabar yang sudah lama aku tunggu lalu akhirnya berterus terang padaku, makin
menjadi kecewa yang ku rasa?
Aku
akan biarkan diriku berteman pada kekecewaan ini, ya tentu hanya untuk sementara
waktu saja. Berteman dengan pena kembali. Aku memilih pena untuk bermonolog
sendiri—di sisi lain aku sedang belajar menjaga lisan dari keluh kesahku atas
kelana yang belum mengenal arah pasti. Aku akan tetap biarkan diriku merendah
untuk melangitkan do'a dengan sungguh-sungguh, ya memulai ikhtiar baru.
Berputus
asa bukanlah jawaban akhirnya. Kamu dan aku dihadapakan dua titik antara yang
sudah lama salah kaprah. Menang atau kalah, seakan menjadi pembanding dunia
yang unggul di mata setiap pribumi. Ketika mereka telah sampai pada puncak yang
sebagian besar orang mengamini keberadaan puncak itu, sudah pasti mata yang
memandangnya akan memuji kemenangannya. Namun sebaliknya, mereka yang jatuh
tersungkur, cepat-cepat dicap kalah oleh sebagian besar orang. Bukankah kita
pernah merasakan dua titik yang salah kaprah ini? Manusia semakin lihai saja
membuat pembeda diantara manusia lain.
Nyatanya tidak semua orang akan puas pada satu
titik kemenangan, mereka mungkin terus berlomba mencapai kemenangan
selanjutnya. Jika hanya berpangku tangan atau terpusat hanya pada keberhasilan
untuk dunia saja, tidak akan habis dalam pencapaiannya. Satu tingkat, dua
tingkat dan seterusnya memiliki makna tersendiri yang berbeda pada diri
masing-masing manusia. Lalu dimana letak
kemenangan jika yang menang saja tidak merasa dirinya pemenang? Kemudian,
nyatanya, ada sebagian mereka yang mungkin menganggap kegagalan adalah sebuah
akhir. Sungguh, pembeda ini membuat kita semakin silau, lupa akan keberadaan
sebuah proses perjuangan setiap orang. Dua titik pembanding dunia yang
mengelilingi kita ini, membuat kita lupa pada titik berada kita sekarang. Bukan
persoalan menang yang menjadi tanggung jawab aku dan kamu sebenarnya. Tidak ada
namanya kalah jika titik tempat berada kita adalah “sebuah ikhtiar baru”.
Tanggung jawab aku dan kamu, ialah tetap sabar dalam berusaha.
Ilustrasi
Foto oleh Philip Ackermann dari Pexels
0 $type={blogger}
Terimakasih sudah membaca, mohon beri komentar yang bijak dan sesuai dengan topik yang dibahas